Thursday, April 19, 2012

It’s Not Ordinary Day…

Sekarang hari Jum’at, hari dimana orang-orang bisa bersantai untuk menyambut weekend. Namun aku tak bisa bersantai, aku adalah orang yang suka menyibukkan diri dengan melakukan hal yang orang lain anggap “melelahkan”. Aku berdiri di depan teras, dan menggelengkan kepala. Kemalangan selalu mengikutiku seperti mendung tebal. Ban motorku bocor dan aku sibuk menggerutu akan kesialan ini.

“Jangan hari ini!” teriakku sambil memukul jok motor. Aku harus berangkat berlatih basket, sebulan lagi adalah pertandingan penting. Aku tak mau bolos berlatih hanya karena masalah seperti ini. Keringat menetes dari alisku, aku berlari ke dalam rumah, berusaha mengingat-ingat siapa yang bisa aku telepon untuk menjemputku. “Ayo diingat-ingat,” pikirku. Tiba-tiba segalanya menjadi buram. Aku tidak bisa mengingat siapapun teman yang bisa aku telepon untuk aku mintai tolong. Satu-satunya pilihan hanyalah ibuku dan ia adalah orang yang ingin aku mintai tolong.
“Tidak bisakah ibu mengantarku ke tempat latihan?” tanyaku. “Aku tidak sempat, kamu kan sudah tau kalau aku sedang lembur.” Jawab ibu.
“Please, Bu. Antarkan aku,” kataku sambil memelas.
“Kamu bukanlah satu-satunya orang yang harus melakukan banyak hal. Kamu bertindak seakan-akan kamulah orang terpenting di dunia. Jika ibu tidak menyelesaikan pekerjaan, ibu akan mengecewakan banyak orang. Mengapa kamu tidak naik angkot saja?” jawab ibu.
“Naik angkot? Ibu serius?” balasku dengan nada terkejut. Maklum, aku sudah tidak pernah naik angkot lagi entah sejak kapan. Namun baiklah, aku meraih tas dan bergegas keluar rumah dan menuju tepi jalan raya. Angkot berwarna hijau berhenti di depanku dengan nafas yang terengah-engah, aku melangkah masuk ke dalam angkot.
Aku hanya melihat layar handphone. Beginilah aku, jika sedang kesal, aku lebih suka merangkai kata indah untuk aku update lewat twitter. Aku sudah berjanji dalam hidupku untuk tak mengeluh, bahkan aku berusaha tak mengeluh juga di dunia maya. Awalnya sulit, namun aku sudah terbiasa melakukannya, karena mengeluh didunia maya itu tak ada gunanya. Saat kau mengeluh, 80% orang menyukai jika dirimu dalam masalah, dan 20% dari mereka adalah orang yang tak peduli terhadap apa yang sedang terjadi padamu.
Setibanya dilapangan, Aku pikir aku adalah satu-satunya orang yang telat. Namun, ternyata lapangan ini masih sepi. Aku berjalan masuk dan duduk di samping Agis dan bertanya, “Dimana teman-teman? Kenapa belum datang?”
“Mereka terkena razia, kau tau kan teman-teman belum memiliki SIM.”
“Razia sepeda motor? Darimana kau tahu?”
“Mereka mengirimkan sms padaku.”
Dalam hati aku bersyukur. Sebenarnya aku juga belum memiliki SIM, dan jika ban motorku tidak bocor, mungkin aku akan terjaring razia motor juga dan aku tidak akan berlatih basket hari ini. Mungkin bagi kalian, “Halah, masalah SIM aja sampai dibikin cerita kayak gini.” Hey, memangnya kalian mau kalau berususan dengan polisi? Selain menguras uang, masalah ini juga menyita waktu. Dan aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku untuk hal yang seharusnya tidak terjadi padaku. Aku tahu, aku naik angkot karena Tuhan punya suatu rencana. Segala hal terjadi untuk alasan tertentu.
Bisa saja ban motor kita bocor karena ada hal lain, dimana Tuhan sudah mengatur skenario hidup kita. Mungkin ban motor bocor agar kita tetap dirumah, agar kita tetap hidup, agar kita tak berujung tidur dirumah sakit karena kecelakaan. Aku memang bukan orang hebat, tapi setidaknya aku sangat peka terhadap tanda kebesaran Tuhan.
“It was possible that a miracle was not something happened to you, but rather something that didn’t. Miracle isn’t a big thing, it’s a little thing who happened everyday. Thank’s God, it’s not ordinary day”
follow me @kakakbaik

0 komentar:

Post a Comment

 
;